Minggu, 24 April 2011

Ti'i Langga Sombreronya Orang Rote

Sombrero, identik dengan Meksiko dan dunia
mengakuinya. Topi kebanggaan Negara yang
penduduknya masih memiliki darah Indian ini
sangat terkenal dan hampir dijumpai diberbagai
even yang diikuti warga negaranya.
Saat ini, mata dunia mulai tertuju ke Pulau Rote
karena keindahan eksotik alamnya. Pulau paling
selatan Indonesia ini memiliki banyak ciri khas
budaya dan keindahan alamnya, mulai dari
Sasando, Ombak Pantai Bo’a Nembrala yang
sudah ‘mendunia’ bagi peselancar, aneka tarian
tradisional, kain dan busana tradisional, aneka
kerajinan tangan, pulau-pulau kecil yang eksotik,
peninggalan-peninggalan sejarah yang sayang
untuk dilewatkan dan masih banyak yang akan
kita jumpai di Nusa fua funi itu.
Nusa Lote Nusa Malole (Pulau Rote, pulau yang
baik-red) sering diplesetkan sebagai ROhnya
TEknologi. Orang Rote memang sangat terkenal
dan memiliki kemampuan menciptakan berbagai
macam teknologi. Senjata api misalnya,
merupakan pekerjaan mudah bagi orang Rote.
Dalam keseharian, orang-orang suku lain di Nusa
Tenggara Timur selalu berkata‘apa sih yang tidak
bisa dilakukan orang Rote?!. Hal ini juga yang
‘mengamcam’ keberadaan orang Rote diberbagai
tempat. Orang Rote selalu menjadi stereotype,
bahkan dianalogikan sebagai‘musuh besar’ dan
lebih ‘berbisa’ dari pada ular. Jika ada pertanyaan,
ketemu ular dan orang Rote di Hutan, siapa yang
akan di’bunuh’ terlebih dahulu?, semua akan
menjawab orang Rote lebih dahulu.
Lupakan pelabelan negatif itu, orang Rote
sebenarnya tidak seperti apa yang disangkakan
orang. Penduduk paling selatan Indonesia ini
memiliki kepribadian yang sopan, halus dan
bersahabat. Anda mau bukti? Datang saja ke Pulau
Rote.
Kembali ke laptop…he he he he…maksudnya ke
topic tulisan ini. Ti’i Langga adalah topi tradisional
orang Rote. Topi yang konon ceritanya mirip
seperti sombrero di Meksiko adalah pelengkap
busana tradisional kaum laki-laki. Topi ini dipakai
saat acara-acara budaya ataupun momen-
momen lainnya. Dalam momen tertentu, Ti’i
Langga juga bisa dipakai oleh perempuan,
misalnya saat foti (salah satu tarian tradisional
yang umumnya dimainkan oleh laki-laki). Ciri khas
topi ini adalah adanya‘antena’ tepat di bagian atas
topi tersebut. Model topinya pun unik dan
beraneka ragam dan biasanya sesuai dengan
selera pembuatnya.
Bahan dasar Ti’i Langga adalah daun lontar yang
sudah dikeringkan. Keunikan dan memiliki nilai
eksotik menjadi cindera mata pilihan bagi para
pelancong. Ciri khas lainnya, Ti’i Langga menjadi
hiasan dinding orang Rote.
Apakah Ti’i Langga sama dengan Sombrero?.
Dilihat dari bentuknya ada kemiripan, namun
Sombrero memiliki ukuran yang sedikit lebih
besar dan berbentuk bulat. Jika sama,
pertanyaannya Apakah orang Rote masih ada
‘hubungan darah’ dengan orang Meksiko yang
notabene keturunan Indian?..hmmm….????
Topi kebanggaan orang Rote ini memiliki filosofi
tersediri dan melekat erat dalam kepribadian orang
Rote. Jiwa kepemimpinan, kewibawaan, percaya
diri, menjadi contoh atau teladan terkandung
dalam Ti’i Langga tersebut. Ketika anda (laki-laki)
memakai topi tersebut anda akan merasakan nilai-
nilai ini. Pun demikian, ada hal lain yang tidak kalah
menariknya untuk diketahui. Terbuat dari daun
lontar kering dengan kadar air yang tidak terukur
dan semakin lama semakin mengering, membuat
Ti’i Langga berubah warna dari kuning mudah
menjadi coklat dan ‘antena’ yang tadinya tegak
menjadi ‘miring’ dan sulit ditegakkan kembali.
Disini menggambarkan karakter orang Rote yang
tergolong sangat‘keras’. Orang Rote punya
prinsip hidup yang kuat, ketika mereka katakan
salah tidak akan ada kompromi bila kita katakan itu
benar. Kalau otaknya sudah‘miring’ sangat sulit
untuk dikendalikan sama halnya dengan Ti’i
Langga yang sudah miring antenanya.
Bicara tentang Rote tidak ada habisnya, apapun
penilaian orang terhadap orang Rote, Pulau Rote
sudah go International dengan Sasando-nya (alat
music tradisional), kini giliran Ti’i Langga. Meksiko
boleh terkenal dengan Sombrero-nya, tapi jangan
lupa Sombrero orang Rote alias Ti’i Langga tidak
kalah uniknya untuk dimiliki.

Welhelmus.Poek - Kefa, 7 April 2011.

Tidak ada komentar: